Ngayah Menimbulkan Rasa Kebersamaan dan Ketulusan

Semoga tiada halangan dan mendapatkan inspirasi atas anugrah Hyang Widhi
Ngayah merupakan bagian dari usaha kita untuk mendekatkan diri dengan Sang Hyang Widhi, mengapa dikatakan demikian? karena bagi saya ngayah adalah salah satu ajaran Hindu  yang disebut Karma Yoga, Karma Yoga adalah usaha para bhakta untuk mendekatkan diri dengan Hyang Widhi dengan jalan melakukan kerja ditujukan kepada Beliau tanpa mengharapkan suatu imbalan dengan perasaan yang tulus. Ngayah sangat kental sekali dengan kehidupan pada masyarakat Bali khusunya umat Hindu, dengan ngayah mereka mampu menjalin hubungan atau berinteraksi dengan sosialnya sehinggga terjadi keselarasan dan kebersamaan. Leluhur kita yang terdahulu memanglah pantas disembah dan didoakan, karena beliau menciptakan kebiasaan ngayah untuk menjaga toleransi berkehidupan masyarakat dan menjaga persatuan.


 Hal ini dilakukan STT. Sat Karma Jaya, Br. Teruna, Siangan untuk membangun membangkitkan jiwa spiritual dan rasa kebersamaan diantara para anggota lewat ngayah. Pada hari Minggu 29 April 2012 STT.Sat Karma Jaya menghaturkan Ayahan di Pura Dalem, yang dimana akan melangsungkan piodalan 4 hari lagi. Pada jam 08.00 pagi suara alarm khas Bali (Kukul) sudah berbunyi, tandanya para anggota STT segera berangkat ngayah ke Pura Dalem, kamipun tiba di Pura Dalem dengan disambut hijaunya hamparan sawah yang membentang menembus cakrawala, angin yang sejuk memberikan ketenangan. Kali ini kami ngayah membuat Penjor yang akan di pasang di Pemedalang Agung dan di Rajapati, jadinya kami hanya ngayah membuat dua penjor. Walaupun ngayah membuat penjor tidak bisa di pandang sebelah mata, karena Penjor selain untuk hiasan makna yang terpenting adalah  melambangkan rasa terima kasih kita kehadapan Ida Bethara atas anugrahnya, makanya didalam penjor di isi semua hasil bumi, contohnya : daun, padi, buah, dan aneka jajanan pasar. Untuk membuat penjor kami membuat terlebih dahulu hiasannya sebelum di pasang, kalau tidak dibuat apanya yang di pasang? Sambil bekerja kami berbincang-bincang bercanda sambil tertawa tidak ada perselisihan, tangan kami rajin berkerja begitu juga mulut rajin bicara..disaat itu saya merasakan rasa kebersamaan yang begitu bahagia seakan Ida Bethara tersenyum melihat kami yang tidak tau apa. Hiasan pun selesai sekarang sudah siap di pasang, ada yang memasang Gelungan, ada yang memasang Padi dllnya, semangat sekali kami menjalani ayahan ini. Kami terdiam sejenak karena terdengar suara gesekan gelas...apakah gerangan itu? e......ternyata tetua kami menyuguhkan teh dan kopi untuk kami, senang sekali perasaan kami, kami istirahat sejenak untuk menikmati suguhan yang diberikan,..sangatlah nikmat bila menikmati hidangan dengan kebersamaan. Kopi dan tehpun tinggal gelasnya, kamipun kembali melanjutkan pekerjaan yang kami buat seseindah mungkin dengan kemampuan kami. Waktupun berlalu matahari memperlihatkan aura panasnya, tandanya sudah siang, tetapi kami serasa tak merasakan sengatan Sang Surya, kami begitu menikmati suasana ini. Jam 12.00 siang pun mendekati, saat itu tetua kami menyuruh untuk istirahat kembali disuguhkan makanan (paica), kamipun bergegas ke jaba tengah untuk menikmati paica dari Pura Dalem, kami makan bersama, yang menunya enak sekali yaitu lawar + tum nyuh. Kami mengambil tempat masing-masing disebelah selatan pura, dimana disana disajikan pemandangan indah terasiring sawah yang hijau memanjakan mata, menambah nikmatnya makanan yang kami santap...sungguh ueeeeenakkk. Selesai nunas paica ( makan) kami kembali melanjutkan ngayah, jam 02.30 penjor sudah siap dipasang, kami pun memasangnya di tempat yang sudah disesuaikan. Jam 03.00 kami pamit kembali ke rumah masing-masing. Dari sini saya mengambil hikmah, bahwa ngayah sangat penting sekali dalam kehidupan masyarakat Bali, bayangkan kalau tidak ada sistem ngayah mungkin masyarakat Bali ini akan terceraiberai tak akan bersatu lagi.

Previous
Next Post »