Tuhan dan Dewa

1. Tuhan Yang Maha Esa (Ida Sanghyang Widhi Wasa) memang satu/ tunggal. Untuk pemahaman kepada umat manusia, dijelaskan dalam Weda Parikrama bahwa Tuhan dalam pandangan agama Hindu mempunyai delapan jenis kekuatan/ kemampuan yang luar biasa yang disebut Asta Aiswarya:
  1. Anima (sangat halus)
  2. Laghima (sangat ringan)
  3. Mahima (sangat besar)
  4. Prapti (menjangkau semua tempat)
  5. Isitwa (melebihi segalanya)
  6. Prakamya (berkehendak mutlak)
  7. Wasitwa (sangat berkuasa)
  8. Kamawasayitwa (kodrati, tak dapat diubah).
2. Mahabharata dan Ramayana adalah Itihasa, yaitu sejarah yang berkaitan dengan Upaweda, di mana untuk mewujudkan salah satu atau beberapa Asta Aiswarya, Hyang Widhi telah menjadi Dewa (Div) atau beberapa Dewa-Dewi dengan “fungsi” berbeda bahkan ada yang berlawanan.
Di Bali dikenal ada Dewa Semara dan Dewi Ratih, atau Hyang Kumara dan Bhatara Kala sebagai wujud rua-bhineda (dua hal yang selalu berbeda).
3. Pengertian Putera tidaklah berarti anak yang lahir dari hubungan badan ayah dan ibu, tetapi suatu kekuatan atau wujud yang lahir dari Div-Asta-Aiswarya.
4. Sapi dalam catur weda disebutkan sebagai “Ibu” (yang menyusui) atau penyangga alam yang memberikan kehidupan kepada manusia, karenanya harus disucikan, dihormati, dan dilimpahi kasih sayang.
Misalnya disebutkan antara lain dalam: Rg Weda 10.176.1, Atharwa Weda 3.28.4, Yayur Weda 23.48 dan Sama Weda 176.
Dalam perkembangan sejarah Agama Hindu di Bali, sapi dibedakan menjadi dua jenis, yaitu Lembu yang berwarna putih, yang dapat diperah susunya, dan banteng yang berwarna merah, umumnya tidak diperah susunya.
Tafsir-tafsir tentang Sapi baik yang ada dalam Catur Weda maupun dalam Upanisad adalah sapi jenis Lembu.
Sumber : Stitidharma
Previous
Next Post »